Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Kembali sebelum kembali

Gambar
Sebelum balik, sore ini aku sempatkan ke makam Kwitang dan Cikini setelah sebelumnya terakhir kali 4 tahun yang lalu, itu pun sama dosenku S1 dulu, Bu Sari Hernawati. (Oh iya, itu salah satu makam Habib di Cikini, jdi ceritanya dulu sebelum  bangunan Menteng Part itu dibangun, semua makam itu mau dipindahin. Nah, pas makam beliau, ternyata g bisa, ada aja masalahnya dari mesin yg patah dll. Alhasil ya udah, ada makam di sebelah apartment). Makam Habib Cikini Ini aku save beberapa capture, buat kenang-kenangan. Bener sih rasanya cukup tenang, tapi berbeda dari beberapa tahun sebelumnya. Rasanya datang dengan jiwa yang baru dari sebelumnya 4 tahun lalu. Alfatihah untuk beliau-beliau. Oh iya, lantaran aku g begitu paham dengan bacaan Arab, aku langsung terjemahin itu batu nisan. Hehe  Makam Habib Kwitang Jalan depan mkama Habib Cikini, sebelah Menteng Park Halaman depan masjid Kwitang Jalan depan Menteng Park dan Istana Habib Cikini  Depan bedug, masjid Kwitang Terjemahan pa...

Aku ingin menangis

Gambar
 Hay, Rain. Ini sebutan yang aku sematkan untukmu. Sosok yang saat ini sedang bersemayam dalam pikiranku.  Aku ingin menangis, Ya Rabb. Bukan lantaran ingkar akan takdir-Mu. Tapi izinkan aku menangis karena sikap dingin makhluk-Mu.  Ya Rabb, hamba mohon tunjukkan jalan bahwa dia adalah yang terbaik untuk hamba. Yakinkan hamba, bahwa itu tidaklah salah. Engkau mengirimnya dan membuatku dekat dengan-Mu. Maka Ya Rabb, dekatkan hamba juga dengan sosok yang mendekati pada-Mu itu.  Dear Ya Rabb, hamba sungguh ingin menangis. Kenapa sikapnya sangat dingin kepada hamba? Ya Rabb, hamba sungguh memohon pertolongan-Mu. Jadikan hamba kuat untuk bertahan. Ya Rabb, hamba harus bagaimana? Ya Rabb, tolong tunjukkanlah. Amin. Bahwa ia yang terbaik bagi hamba.   Ya Rabb, jangan biarkan tangis ini bukan kareena-Mu. Hamba mohon. Tolong Ya Rabb. Hamba sangat memohon pertolongan-Mu.  Shollu alaa an-Nabi Muhammad 

The True Happiness

Gambar
Kebahagiaan seorang penulis/ researcher bukan lantaran karyanya disitasi, dijadikan rujukan, atau bahkan dipuji.  Menurut perspektifku, terkadang itu hanya sebagai bonus/ suplemen.The true happiness adalah saat ia  dengan energi cintanya mampu mengekspresikan diri untuk mengalahkan kemalasannya, menghentikan nafsu menyerahnya, dan mampu berusaha gigih untuk melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya. Menurunkan sedikit egonya  sebagai "aku" untuk mau menerima kritikan dan saran yang konstruktif dari reviewers. Saat seorang penulis/ researcher berjuang dan berhasil melewati tembok-tembok yang menggelisahkan dan membuat hectic itu, aku pikir itulah kebahagiaan