The True Happiness

Kebahagiaan seorang penulis/ researcher bukan lantaran karyanya disitasi, dijadikan rujukan, atau bahkan dipuji. 


Menurut perspektifku, terkadang itu hanya sebagai bonus/ suplemen.The true happiness adalah saat ia  dengan energi cintanya mampu mengekspresikan diri untuk mengalahkan kemalasannya, menghentikan nafsu menyerahnya, dan mampu berusaha gigih untuk melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya. Menurunkan sedikit egonya  sebagai "aku" untuk mau menerima kritikan dan saran yang konstruktif dari reviewers. Saat seorang penulis/ researcher berjuang dan berhasil melewati tembok-tembok yang menggelisahkan dan membuat hectic itu, aku pikir itulah kebahagiaan 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAMPUS BARU, TEMEN BARU, DAN KANTONG PUN BARU... KALAU HATI???

Gambar
Hay, Guys, lama nih nggak ngeblog... hmhm, yap, baru nyempet2in waktu luang aja deh.. Heheheh, ini hari ketiga gue masuk kuliah,,,, Yah, datang tepat saat si Proffesor ngabsen namaku... Hay pengunjung blog, mna suaranya? kangen banget aku sama kalian... Sepi banget nih, ,,, Ini aku sedang duduk di kursi pascasarjana, yap salah satu ruang kelas. Kampus baru, teman baru, isi kantong pun baru, eh satu lagi, jam tanganku baru lho..hehehheh tapi hati bisa baru nggak ya? Kemarin-kemarin aku pergi nih, ke Bali. Nih fotoku dengan peserta yang narsis, bergaya mirip orang Bali, eh tapi bneran mirip yah..heheh Yap,  gratis, dapat saku lagi, waduh, tapi capeknya minta ampun.... Gue jadi TL, Tour Leader... that is my first day.. Sebenarnya, gue diajak sih, ups, cuma jadi pendamping temen gue...  Tapi niat dalam hati ggue nggak,,,, gue bukan hanya sekadar body guard untuk temenku itu, namanya si... Indah,,ehehhe... nama samaran sih. Dalam hati niat lurus gue, sebenarnya ingin menc...
Baca selengkapnya jangan setengah-setengah»

Daun Kayu: Melepas Kepergianmu

Gambar
   بسم الله الرحمن الرحيم Semarang, Jumat 10 Juli 2015           Pagi ini kusandarkan hatiku untuk bertuah. Bertuah pada daun kayu  yang lepas singgah di pulau tetangga. Pagi ini pula aku mengadu, mengadu pada Sang Pelepas Rindu. Dia menghempaskanku menemui sebongkah hutan di seberang sana, berharap akan menemui sebongkah kayu untuk bersandar dan meramu. Tak biasa, ku bukan biasa. Pagi itu kusingkatkan pejam mataku, mengais bersih badan, pikiran, dan hati. Rasa kepercayaan akan jumpa denganmu, di sana, di stasiun itu. Harapku, pagi nan bersih itu bukanlah pertanda akan ketidakberadaanmu di sana, namun pertanda hari baru telah dimulai dan semangat baru telah bersemayam.   Detik kunanti, menit kujejaki, tak satupun pertanda akan kedatanganmu. Sirna, harapku hilang. Pagiku menjadi malam. Hijauku menjadi hitam dan binarku menjadi gelap. Kudengarkan dentang kereta dengan seksama, kubaca segala pertanda, n...
Baca selengkapnya jangan setengah-setengah»