Daun Kayu: Melepas Kepergianmu

 

 بسم الله الرحمن الرحيم

Semarang, Jumat 10 Juli 2015 

         Pagi ini kusandarkan hatiku untuk bertuah. Bertuah pada daun kayu  yang lepas singgah di pulau tetangga. Pagi ini pula aku mengadu, mengadu pada Sang Pelepas Rindu. Dia menghempaskanku menemui sebongkah hutan di seberang sana, berharap akan menemui sebongkah kayu untuk bersandar dan meramu.

Tak biasa, ku bukan biasa. Pagi itu kusingkatkan pejam mataku, mengais bersih badan, pikiran, dan hati. Rasa kepercayaan akan jumpa denganmu, di sana, di stasiun itu. Harapku, pagi nan bersih itu bukanlah pertanda akan ketidakberadaanmu di sana, namun pertanda hari baru telah dimulai dan semangat baru telah bersemayam.
 

Detik kunanti, menit kujejaki, tak satupun pertanda akan kedatanganmu. Sirna, harapku hilang. Pagiku menjadi malam. Hijauku menjadi hitam dan binarku menjadi gelap. Kudengarkan dentang kereta dengan seksama, kubaca segala pertanda, namun tak ada. Sungguh, ku ingin jumpa. Nafasku melebur, perlahan berhenti, dan hampir kutenggelam di kerumunan. Suara singgah orang hanyalah bising yang mengapung lalu tenggelam lalu petuah alam sontak berubah menjadi sanksi yang harus kubantah. 

Sesaat, aku murka, hilang, hilang, hilang.  
Hilangku tak berarti aku mati, tapi aku kembali berevolusi. Daun kayu, rasa yang tak mungkin bisa bertahan menjadi syahdu. Daun kayu, jelmaanku atas gugugrnya rasa cinta padamu. Daun kayu, atas rasa bertahanku di bumi-Mu, Ya Allah. Daun kayu, atas rasa kuatku dan ketaatanku pada-Mu, dan Daun kayu atas ketidakputusasaanku atas rahmat dan rahim-Mu. 



Kuingat, 
Hati ini adalah milik-Mu. Ku bimbang, tanyaku berulang, kenapa Kau jatuhkan daunku di hutan itu di Cuaca itu? Tanya ini tak akan terhenti bila bukan Engkau yang menghentikan. 

Segera nafasku kembali berdengung, menghembus perlahan, kuterbangun dari tidurku. Pesona elok dari mata nan lentik ini terkabung lalu melayang. Tak sampai di situ, rasa lemah timbul memberontak akan tanya, dimanakah dia? 
Sebuah piranti suara kunyalakan, gemuruh, tak ada, tak ada dirimu, hilang.... 
Kutanya lagi, semakin berkabung, kini kutahu, engkau benar-benar telah pergi.

Aku bangkit, segerombol wanita surga membangunkanku, mengajakku berjalan menikmati alam. Hampir tak kuasa, air mata daunku mengembun. Tanyaku, siapa aku? Aku daun kayu... Tapi masih bisa kujumpa embun. 
 Saat matahari senja hampir bergulir menenggelamkan bumi, kuraih kabar darimu, engkau baik-baik saja. Saat itu aku sadar, engkau telah ada kembali, namun engkau pergi. Pergilah, kembalilah sesukamu, kembalilah di alur jalur yang terkirim untukmu dari-Nya. Aku di sini, di jelmaan Daun Kayu, aku bisa hidup. Tetap kudapatkan embun meski aku tak mampu mengembun. Sampai jumpa di samudra rindu yang kunanti... Cinta. Aku suka padamu saat ini.


Sang Penggerak Daun Kayu dan batang pohon, Kusandarkan hati ini pada-Mu. Lindungi batang pohon dan segala Cuaca yang kurindu. Segala musim yang telah berlalu dan segala obat akar yang mujarab. Engkaulah yang mengatur, Engkaulah Sang  Terbaik Pengatur. Shallu alanNabi Muhammad. La khaula wala quata illa billahil aliyyil Adzim...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAMPUS BARU, TEMEN BARU, DAN KANTONG PUN BARU... KALAU HATI???

Penggemar Rahasia (Secret Admirer) bagai Katak dalam Inbox