Manjadda wa Jadda untuk Indonesia Aviation
Manjadda wa Jadda untuk Indonesia Aviation
![]() |
Oleh: Nur Setyaningrum
Redaktur Lembaga Pers Mahasiswa Menteng
Mahasiswa Fakultas Agama Islam
Universitas Wahid Hasyim Semarang
“Air yang mengalir jernih,
tak akan keruh menggenang. Jangan surutkan langkah,
yakin dan penuh ketulusan”
sebuah kutipan lirik musik Man
jadda wajada yang ditampilkan oleh limelylight
band Yovie and the Nuno dalam sountrack
film Negeri Lima Menara.
Judul lagu itu diadopsi dari isi sebuah kitab Al-Muntakhabat Al-Makhfudhoh yang biasa
dikaji pesantren Islam. Isinya penuh akan motivasi, semangat, dan
ketauladanan. Sangat cocok untuk pemimpin Indonesia yang saat ini mengalami
masa degradasi moral, sikap kehilangan self-confidence
(keperpercayaan diri), dan momentum dilematis antara kekuasaan dan pembangunan
bangsa.
Sungguh memprihatinkan, sebuah negeri
kaya akan intektual, populasi sangat besar 240 juta jiwa, dan sumber daya alam
melimpah tapi kebingungan mencari jalan keluar penyelesaian segala persoalan.
Dari mismanagement prioritas sampai
ketidakfokusan penanganan perkara digulingkan melalui tangan ke tangan tanpa
ada tanggung jawab top leader. Belum
lagi dari tataran bawah, Bupati, Wali Kota, bahkan sampai tukang parkir yang
rela melakukan kriminal tidak memberikan karcis kepada pengunjung area jika
tidak diminta. Semua kasus tersebut merupakan sampel refleksi bagaimana sesungguhnya
kondisi di Negeri Garuda ini.
Penerbangan bukan
Barang Mati
![]() |
Penerbangan bukanlah lembaran
peraturan Undang-Undang Negara yang disimpan dalam berkas rapi, melainkan keseluruhan proses perhubungan dan pengangkutan melalui udara
yang butuh promotor.
Indonesia bak anak linglung yang
tersesat di tengah hiruk pikuknya industri kedirgantaraan, pola peradaban
manusia yang mulai menuntut efisiensi waktu, tenaga, dan hubungan. Di satu sisi tidak mampu menghidupkan industri
karena kurangnya pemanfaatan dan kesungguhan manajemen yang tak pernah terlihat
dari sasaran actualling, si sisi lain
mengalami pesimisis persaingan jikalau menghasilkan behind
the time technology (teknologi ketinggalan zaman). Dibandingkan
negara-negara yang maju perindustrian penerbangan seperti Brasil, Kanada, dan Rusia akan semakin
membuat Indonesia kuwalahan
menyamakan kedudukan seri.
Melihat ini, Indonesia hanya lebih
memilih diam, tak berkutik. Menjadi bangsa yang mudah diperdaya, konsumen ulung,
dan begitu bangganya ketika bisa melakukan pembelian 230 jet Boeing di Pameran
Kedirgantaraan Singapura Februari silam. Apa yang sebenarnya terjadi di negeri
ini? Ingatlah, ada banyak jalan menuju Roma. Kalau kata Sam Bimbo “ABC
Indonesiaku, Ada Banyak Cara untuk Indonesiaku”.
Masih ingatkah peresmian peluncuran
pesawat penumpang N-250, angkutan udara paling canggih masa itu dengan sistem
serba komputer yang oleh kepala negara diberi nama Gatotkoco pada tanggal 10
November 1994? Kini Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) hanyalah tinggal
nama sebagai sejarah kejayaan industri kedirgantaraan.
Berdikari
Soekarno sangat mengharapkan bangsa
ini menjadi Negara “berdikari”, berdiri
di kaki sendiri. Melepaskan diri dari ketergantungan asing, mandiri, dan tetap
berpegang teguh pada Pancasila dan ideologi bangsa. Sebuah harapan yang simpel
tapi butuh berjuta usaha.
Meskipun IPTN telah dihentikan oleh
IMF tahun 2003, bukan berarti menyurutkan
langkah kita untuk tetap memanfaatkan
akar walau rotan pun tak jadi. Dibutuhkan usaha keras, moderat, dan sehat
dalam usaha pengembangan industri kedirgantaraan ini. Ingat, yang dibutuhkan
adalah siklus yang terus menerus disertai sikap positif. Tanpa itu,
perindustrian aviation (penerbanga) tinggal menunggu masa ketergenangan
dan kehancurannya.
Selektifitas pada
industri penerbangan Indonesia
Salah satu syarat berdirinya industri
adalah suasana politik dan keamanan yang
mendukung. Belajar dari sejarah, memang itulah salah satu penyebab runtuhnya
IPTN yang beralih menjadi PT Dirgantara Indonesia, Bandung. Tugas ini ini adalah harga mati bagi para pelaku
politik menciptakan kondisi nyaman tanpa sedikitpun berperan ganda menjadi tangan-tangan rakus
yang mengutik dari belakang.
Beralih ke tujuan pembangunan Industri
di Indonesia menurut GBHN 1993, di antaranya memperluas dan memeratakan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan
pembinaan industri kecil dan menengah. Jelas, jika suatu saat perkembangan
industri di Indonesia benar-benar berhasil, maka campur tangan masyarakat
Indonesia harus menjadi penyebab utama dan menurut Undang-Undang RI No. 5 Tahun
1984 harus mampu memberi kemanfaatan bagi peningkatan kemakmuran, kesejahteraan
rakyat.
Manjadda wajada
Salah satu kalimat Bahasa Arab yang diartikan dalam bahasa Jawa sapane wong kang temen, bakale nemu
(siapa yang bersungguh-sungguh maka akan menemukan). Kemudian, lebih dikenal
dengan arti “siapa yang bersungguh-sunggguh, ia akan berhasil” atau “dimana ada
kemauan, pasti ada jalan.”
Saya pesimis jika misi para pemimpin ingin
mentransformasikan bangsa Indonesia melalui landasan pengembangan kedirgantaraan yang sehat dan modern.
Jika itu adalah cita-cita luhur mereka, maka cepat atau lambat kejayaan pasti
akan tampak dengan sendirinya. Namun, jika itu hanyalah keinginan sesaat
sebagai bagian sikap pragmatis kekuasaan, maka tinggal menunggu kehancurannya.
Kuncinya di Pendidikan
dan akhlah mulia
Dalam waktu yang sesingkat itu, jika
benar percaya, sangat mudah bagi Indonesia untuk bertahan dari kondisi ini dan
diam-diam menyusun kekuatan lebih besar lagi melalui pendidikan dan perkuatan
pengembangan bidang lainnya dalam segala keterbatasan.
Langkah
strategisnya jika Indonesia berencana membuat deretan daftar pesawat made in
Indonesia, maka pertama,
membangun kerjasama Intenasional yang baik sekaligus mendidik putra putri
Indonesia sebagai tenaga ahli dan tenaga kerja terampil yang berakhlak mulia
yang berbasis learning by doing. Kedua, memprogramkan beasiswa belajar di negara yang punya
perkembangan teknologi besar secara serentak, namun dengan penumbuhan sikap
jiwa dan ciri bangsa Indonesia pada
mereka. Ketiga, penguatan penciptaan
industri-industri kecil, bidang elektronik, mobil-mobil, sebagaimana pernah
diusulkan oleh mantan Presiden RI, Abdul Rahman Wahid, meskipun produk industri
itu tak laku di pasaran Internasional, setidaknya negeri sendiri bisa menjadi
konsumen.
Kita ingat, sejarah Malaysia yang
dulu menjadi murid negeri ini, namun sekarang berbalik mereka yang menjadi
guru-guru kita di sana. Kasus pemerintah Jepang yang setelah peristiwa
hancurnya kota Hirosima dan Nagasaki, memprogramkan pembelian buku
besar-besaran dari daratan latin Eropa kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Jepang. Mulai saat itulah masa kebangkitan bangsa dan berkurangnya
ketergantungan.
Langkah sementara, pertama,
perbaikan daerah regional dengan peradaban yang baik, dari pendidikan, dan
infrastruktur lokal yang meminimalkan ketergantungan dengan pemerintah pusat. Kedua, memanfaatkan sarana telekomunikasi,
agar tercipta keefektifan, penghematan biaya penerbangan perintis dan domestik.
Ketiga, memperkokok pertahanan,
penciptaan stabilitas politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sedangkan langkah kreatifnya adalah membuat peradaban bangsa yang baik di Indonesia
dari fisik maupun non-fisik. Melalui local wisdom, kemajuan pendidikan, peradaban
bangsa yang sehat, modern, penuh semangat, berakhlak mulia, serta menimbulkan
budaya toleransi sesama atau antar umat beragama, kejujuran dalam suasana
multikultural bangsa. Hal ini memiliki nilai jual tinggi, apabila budaya-budaya
sehat itu kita tunaskan terus. Bangsa ini justru akan menjadi miniatur dunia. Sangat
mungkin jika seluruh lapisan dunia
melirik negeri ini, sebagi pusat tempat kajian penelitian, tempat kenyamanan
rekreasi, dan bidang lainnya. Sedikit atau banyak, baik ilmu ataupun
pengalaman, bangsa Indonesia akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Kuncinya
adalah manjadda wajada melalui
berakhlak mulia dalam menegakkan Pancasila dan ideologi bangsa, atau seperti
air yang mengalir jernih penuh ketulusan dari para pemimpin dan rakyatnya.
Lakukan sekecil apapun usaha kebaikan dengan penuh keikhlasan, maka segalanya
akan menjadi mudah, bahkan masalah kita
dan penerbangan akan terasa seperti seujung
kuku.
Nur Setyaningrum (Noe Unwahas)
@nurse_jepara
nurse_plettonic@yahoo.com
nursetyaningrum@blogspot.com
mohon kritik dan sarannya... Semoga suatu saat nanti bisa lebih baik.. Amin3.. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan..:d
BalasHapus