Tanpa Pamit
Pasca semua itu, banyak hal-hal yang kulakukan untuk
menghindarkan dari pikiran jenuh dan ketidakbermanfaatan. Di antaranya, saya
mengikuti aksi kegiatan volunter yang digelar oleh Social Media Weeks Jakarta 2019 oleh Merah
Cipta Media. Perusahaan tersebut merupakan agen besar secara nasional yang
mengurus beberapa event organizer. Bahkan di tahun depan, Social Media Week akan
digelar di New York. Selanjutnya, saya mendaftar sebagai guru tutor bahasa
Inggris di sekolah maupun di bimbel Education and Training Center, saya mendaftarkan diri juga di beberapa
lembaga bimbingan belajar lainnya. Ada yang ketrima ada pula yang tanpa
kejelasan. Hampir 15 lamaran pekerjaan saya sodorkan. Bukan hanya sampai di
situ, saya pun mendaftarkan diri sebagai trainer swimming for baby kids and care toodler sempat juga mengikuti tahap wawancara, tapi sama saja belum ada kejelasan. Lumayan, hasilnya, kira-kira
gajiku di atas UMR Jakarta. Tapi, memang harus digarap dengan kerja keras.
Mulai saat itu, saya pun meyakini, bahwa rizki itu ada yang memang sudah
ditetapkan kepada kita, masih ada yang perlu kita cari secara maksimal, dan ada
pula yang datang secara tiba-tiba. Pernah hampir selama tiga hari, saya tak
pernah membeli makanan sedikitpun karena sahabat-sahabat kosanku memanggilku
memberikan beberapa makanan di setiap waktunya. Serius, kamu harus percaya ini.
Saya selalu mengingat kata Alm. Ali Haidar bahwa, memang rizki seseorang itu
sudah ada yang mengatur. Allah pun memenuhi kebutuhan dasar manusia sudah
disediakan. Ingat Ges, kebutuhan dasar ya.
Aku yang paling kanan, ahha, duduknya tak bisa dikondisikan. Malam itu merupakan hari terakhir penutupan social media weeks Jakarta 2019.
|
Ups, jadi ngelantur, pasalnya saya ini tadi kan mau
cerita tentang patah hati, tiba-tiba malah sampai rizki. Ok, lanjut. Sewaktu saya
mengikuti technical meeting di Tower Wisma 77 untuk acara social media weeks, tepat
bakda magrib, saat saya memesan ojek online untuk pulang ke kosan, terlihat di pesan
whatappku dari satu teman yang ada di Castle bahwa dia sedang beres- beres akan
pindah. Aku pun mengelak dan mengatakan “Ora urusan”. Dear, blogspot reader,
tahukah kamu rasanya seperti apa? Konsentrasiku terpecah, bahkan sempat
dimarahi ojek online, karena ternyata aku berada di tower 1, aplikasiku di
tower 2, sementara aku ngotot bahwa aku sedang berada di tower 2. Hampir
setengah jam chat dengan grab online tapi juga belum datang-datang. Serius,
sampai di Castle aku bertemu dengan dua sahabatku, seperti biasa, aku pun
tersenyum dan sempat bercanda sejenak. Hingga akhirnya sekitar 3 menitan, aku
memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan entah, aku tak tahu apa yang harus
kulakukan. Sapaan dan pertanyaan sahabat-sahabatku sama sekali tak kuhiraukan
sedikit pun.
Tahukah kamu, yang kurasa saat itu, seakan semua nyawaku
telah hilang. Rasanya ingin menolak
semuanya, rasa ingin berontak dan segala macamnya. Bahkan setiap jengkal adalah
bayangannya. Rasanya sungguh aku ingin kabur dari Castle, dan menagis sehabisku.
Tapi jika aku pergi dari castle dan menangis di sembarang tempat, justru hal
tersebut sama sekali tak akan mengubah kedaanku. Begitulah kiranya, hingga
kuputuskan cukup di kamar saja. Membuka beberapa akun sosial media, motivasi
Youtube, membaca buku Al-Hikam dan semuanya. Malam kamis tanggal 6 November
itu, rasanya entah aku tak tahu lagi. Yang ada dalam benakku, aku harus menjadi
manusia sempurna di muka bumi, yah meski tak ada kesempurnaan. Menjadi pribadi
yang sangat menarik, dengan segala pengorbanan dan perjuangan. Menjadi hamba
yang paling taat, meski pada nyatanya aku adalah hamba biasa.
Kamis (7/11)
kebetulan, malam itu adalah malam pengajian Al-Hikam oleh Ulil Abshor Abdalla di Masjid An-Nahdlah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), tepatnya di jalan Kramat Raya Jakarta Pusat.
Sungguh, di sana aku melupakan segala kesedihan yang ada. Rasanya, kesedihanku
hilang, karena fokus terhadap ilmu yang ada. Namun, memang secara tiba-tiba,
terkadang teringat tentang patahnya hati. Yah, aku pun menyadari bahwa ini
pasti akan sembuh hingga berjalannya waktu. Pasti akan sembuh. Jika ada memang
dia ditakdirkan untukku, aku yakin, dia pasti akan kembali dengan cara yang
bijak dan cara yang sopan.
Di minggu kedua, aku dihadirkan dengan kesibukan di
sosial media week Jakarta. Hari itu aku bertemu dengan ribuan orang dengan
ribuan gaya paling stylist dari aktor, direktur, bahkan dari co-founder pemilik
media di Indonesia. Di situ saya mempelajari beberapa gaya busana, meski tak
secara langsung mengamatinya secara detail, namun saya memahami, "bagaimana diri
ini harus menjadi?". Lah, apa daya aku yang hanya berada di meja registrasi dan
hanya mengarahkan. Tapi aku yakin, bahwa diri ini masih berarti sepanjang
ketaatan kepada Allah SWT tidak terhenti.
Langkah yang harus saya kerjakan, 1) Menjadi manusia yang
paling cantik, teratur, rajin, dan memaksimalkan diri. 2) Menjadi seorang abdi
yang berusaha taat maksimal agar segala kemuliaan yang abadi mampu dicapai (Kemuliaan abadi adalah kemuliaan yang tak disandarkan kepada kemuliaan yang memudar/ dunia) tentunya dengan bantuan membaikkan diri dan mengkomunikasikan dengan langkah
yang sebaiknya kepada orang lain dan alam di sekitar kita. Bismillah. Semoga
engkau pun yang saat ini merasa galau, tetap juga menjadi semangat. WaAllahu'alam biassawab.
Komentar
Posting Komentar